https://kendari.times.co.id/
Wisata

7 Keistimewaan Sulawesi Tenggara, Mulai Kabuto hingga Malige

Senin, 24 Agustus 2020 - 18:46
7 Keistimewaan Sulawesi Tenggara, Mulai Kabuto hingga Malige Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi provinsi di Indonesia yang memiliki wisata alam yang sangat istimewa. (foto: Deeperblue)

TIMES KENDARI, JAKARTA – Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi provinsi di Indonesia yang memiliki wisata alam yang sangat istimewa. Provinsi ini sangat terkenal dengan keindahan alam yang luar biasa. Para wisatawan bisa menemukan beragam tempat wisata yang sangat menarik.

Mari simak 7 fakta keistimewaan Sulawesi Tenggara: 

1. Pulau-pulau Wakatobi 

Pulau Wakatobi merupakan bagian taman nasional yang ada di Indonesia. Wakatobi sendiri adalah sebuah kabupaten yang terdiri dari 4 pulau: Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko.

Semuanya adalah pulau indah dan keempat pulau ini masuk dalam kategori "Top Ten Destinasi Wisata Indonesia'. Wisata Wakatobi juga sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional Indonesia dan cagar alam dunia untuk biosfer oleh UNESCO pada 1996. 

Kawasan wisata seluas 1,39 juta hektar disebut sebagai surga bagi penyelam. Ada 112 jenis karang terpelihara baik di sini. Setidaknya Wakatobi memiliki 750 dari 850 jenis koral, kerang, dan spesies laut.

Keistimewaan Wakatobi ini 28 spot diving populer yang berada di Pulau Tomia, House Reef, Ali Reef, Cornucopia, Roma, Teluk Maya, dan Cornucopia.

2. Air Terjun Moramo

Air Terjun Moramo yang berada di Sumber Sari, Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara ini dikukuhkan sebagai suaka alam suaka margasatwa. Untuk akses ke air terjun Moramo ini dari Kendari arahkan kendaraan ke arah selatan.

Jarak kurang lebih 65 km itu dapat ditempuh dengan berkendara 1,5 jam saja. Air Terjun Moramo sangat pas untuk mengabadikan momen, karena dia setiap jalur memiliki spot foto yang sangat menarik sekali dan sepanjang jalan dari gerbang hingga air terjun kalian menemui hutan tropis yang banyak ditumbuhi aneka pohon tinggi.

3. Rumah Adat Laikas (Malige)

Rumah adat Laikas atau Malige adalah rumah adat dari suku Tolaki, yaitu suku adat yang tinggal sekitar kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka dan Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Utara.

Rumah adat Laikas (Malige) ini berbentuk rumah panggung yang biasanya bisa terdiri dari 3–4 lantai. Bagian kolong rumah adat Laikas difungsikan untuk menyimpan binatang ternak seperti ayam / babi.

Lantai pertama dan kedua digunakan tempat tinggal oleh raja dan permaisuri, lantai ketiga untuk penyimpanan benda pusaka, dan lantai keempat digunakan untuk semedi atau beribadah.

Sedangkan pada bagian kiri dan kanan lantai kedua terdapat ruangan khusus yang dipergunakan untuk menenun pakaian / kain tradisional yang disebut bone.

Uniknya rumah adat Laikas atau Malige ini tidak menggunakan bahan logam seperti paku, akan tetapi rumah adat laikas atau malige ini menggunakan bahan 100% dari alam yaitu kayu dan atapnya terbuat dari rumbai alang-alang/nipah.

Balok kayu digunakan sebagai tiang, sedangkan dinding / badan rumah dari papan. Sedangkan untuk menyatukan semua bahan bangunan digunakan pasak kayu atau serat kayu.

4. Pakaian Tradisional Tolaki

Jenis pakaian tradisional tolaki terbedakan antara pria dan wanita. Pakaian adat tolaki khusus pria dikenal dengan sebutan babu kandiu, yang merupakan pakaian yang berkembang dari genus kulit kayu yang biasa disebut kinawo sebagai pakaian masa lampau.

Kulit kayu Usongi, Otipulu, Dalisi dan Wehuka yang direbus dengan abu dapur, direndam hingga lembut, dipukul-pukul hingga tipis melebar sehingga didapatkan seratnya.

Babu kandiu merupakan pakaian khusus laki laki yang memiliki kancing yang dapat terbuka secara tegak lurus sebagai makna keyakinan yang lurus akan tujuan dan falsafah ideologis suku tolaki (pine ona ona).

Pakaian tersebut biasanya berwarna putih yang melambangkan kesucian dan keihlasan hati.

Sedangkan untuk motif kotak-kotak (pine tari wadi) dalam pakaian adat khusus wanita (babunginasami) adalah bentuk irisan kue wajik yang melambangkan ketulusan seorang wanita untuk melayani kebutuhan suami dalam rumah tangga.Selain itu terdapat motif tumbuhan pakis dalam pakaian adat tolaki (pine ta ulumbaku) yang melambangkan bahwa tanah kesuburan dan kesejahteraan.

Pakaian adat tolaki itu memiliki makna dari nilai warna ,yaitu hitam melambangkan simbol kewibawaan yang dimiliki kalangan bangsawan, sedangkan warna biru melambangkan sebuah nlai angan-angan dan ciita-cita luhur pemakainya, seperti dalam lagu rakyat tolaki une une dan warna merah dalam balutan pakaian adat tolaki merupakan simbol keberanian atau dalam bahasa tolaki disebut motaha atau momea.

Pakaian adat ini dikenakan sebagai media intropeksi untuk menata kembali fungsi dan keunikan motif dari pakaian adat yang dimilikis serta terdapat sebuah nilai multikultur yang dapat digunakan untuk mewujudkan tujuan bersama.

5. Tradisi Duata Wakatobi

Tradisi Duata merupakan puncak dari segala upaya pengobatan tradisional suku Bajo. Kebiasaan ini akan dilakukan bila ada salah satu di antara mereka mengalami sakit keras dan tak lagi dapat disembuhkan dengan cara lain termasuk pengobatan medis.

Sejumlah tetua adat biasanya berkumpul di sebuah ruangan dan meramu jenis pelengkap ritual, seperti beras aneka warna, dupa, daun sirih, kelapa, dan pisang.

Orang yang akan diobati dibawa menuju ke laut dengan diiringi nyanyian lagu masyarakat Bajo yaitu lilligo dan tarian ngigal. Selesai dari laut, orang yang sakit dan tetua adat bertemu di tempat semula dan berlangsung lah pengobatan. Tak terbatas pada pengobatan, tradisi Duata juga dapat dilakukan dalam acara syukuran dan hajatan. 

Duata juga dilaksanakan saat menyambut tamu.Tradisi tersebut sering ditampilkan saat Festival Budaya Wakatobi dan acara-acara lainnya yang mengundang banyak wisatawan, baik domestik mau pun mancanegara.

Duata juga merujuk pada sebuah tarian tradisonal yang dimainkan oleh gadis-gadis cantik di atas perahu atau rakit. Penari yang memainkan tarian tradisional tersebut diiringi dengan bunyi gamelan atau gong.Untuk melihat kehidupan warga Suku Bajo, Anda bisa datang ke Kampung Bajo Mola.

6. Kabuto

Sulawesi Tenggara memiliki aneka ragam makanan khas yang diolah dari hasil pangan lokal, seperti kabuto, makanan khas dengan bahan dasar ubi kayu atau singkong.

Kabuto sering dimakan masyarakat Kendari dengan tambahan ikan asin goreng.

Makanan ini dapat dengan mudah di jumpai di daerah Muna, Sulawesi Tenggara. Makanan khas Sultra ini dikonsumsi dengan campuran kelapa yang telat diparut sehingga menambahkan cita rasa yang lebih enak.

Cara membuatnyapun cukup mudah dan tidak sulit untuk dilakukan, yaitu kulit singkong dikupas lalu dibersihkan. Setelah itu dijemur sekitar tiga hari, hingga singkong terlihat setengah mengering. Setelah selesai penjemuran, singkong disimpan dalam wadah sehari semalam hingga nampak kehitaman. 

Setelah difermentasi, ubi ini juga kemudian berubah warna dan nama menjadi ubi kabuto. Sesuai namanya, kabuto dalam masyarakat adat Muna sering diartikan dengan kata ‘rusak’ atau ‘jelek’.Karena dasarnya, kabuto memang adalah ubi yang rusak dan menghitam di beberapa bagiannya.

Kemudian singkong kembali dijemur hingga mengering, kulitnya dikikis lalu dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan lalu direndam hingga 6-8 jam. Singkong yang telah diproses lalu dicuci kemudian dikukus hingga matang.

Kabuto pun siap disajikan. Karena berbahan dasar ubi dan singkong yang dikeringkan lalu dibiarkan berjamur. Tidak heran kalau makanan ini mempunyai cita rasa yang tidak biasa. Agar lebih nikmat, campurkan dengan parutan kelapa.Di Kendari, kabuto bisa kalian temui di pasar tradisional.

7. Pemandian Air Panas Wawolesea

Pemandian Air Panas Wawolesea (Wales) salah satu destinasi wisata populer di Konawe Utara (Konut),Sulawesi Tenggara, Desa Wawolesea, Kecamatan Wawolesea Konut.

Air panas Wawolesea yang membentuk sebuah sumur dengan aliran seperti sengkedan sawah yang mengairi kolam-kolam. Dasar Kolam yang tersusun dari bebatuan putih memantulkan cahaya. Permandian ini berjarak sekitar 18 kilometer dari arah Wanggudu, Ibu kota Konawe Utara.

Begitu memasuki kawasan permandian ini kalian ditakjubkan deretan puluhan pohon pinus yang berjejer rapi. Masyarakat sekitar permandian meyakini bahwa air yang ada di air panas Wawolesean berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit.

Mereka tidak hanya memanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan melepas penat, tapi juga alternatif berobat. Meski awalnya terlihat seperti tempat permandian air panas biasa, siapa sangka ternyata menyimpan keunikan tersendiri. Keunikan tersebut terletak pada airnya yang terasa asin, padahal letaknya tidak berdekatan dengan lautan.

Tertarik untuk menikmati fakta keistimewaan Provinsi Sulawesi Tenggara? Yuk segera luangkan waktu berlibur ke wilayah ini.(*)

Pewarta : Dinda Ekasari
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Kendari just now

Welcome to TIMES Kendari

TIMES Kendari is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.