TIMES KENDARI, YOGYAKARTA – Di sebuah rumah sederhana di Sidoagung, Godean, Sleman, kisah inspiratif tumbuh tentang perjuangan calon mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dinding lusuh di rumah itu menjadi saksi perjuangan seorang ibu tunggal membesarkan keempat anaknya. Di sanalah, Febiyanti Nur Mahmudah (18) tinggal bersama ibunya, Siti Sofariyatun (61), yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga warung sembako.
Febi, begitu gadis itu akrab disapa, baru saja mencatat prestasi membanggakan. Ia dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 di UGM tanpa harus mengikuti tes.
Tak hanya itu, ia juga berhak atas beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen dari kampus bergengsi tersebut.
Anak Bungsu yang Tangguh
Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Febi tumbuh dalam kondisi ekonomi yang terbatas. Ibunya harus menempuh puluhan kilometer setiap hari untuk menjaga warung dan hanya membawa pulang penghasilan sekitar Rp 50 ribu per hari atau sekitar Rp 1,2 juta per bulan.
Sementara sang ayah, almarhum Ismuni Sutrisno, dulunya membuka usaha fotokopi di Kota Yogyakarta. Sejak menderita diabetes dan wafat pada tahun 2021, tanggung jawab menafkahi keluarga sepenuhnya berpindah ke tangan sang ibu.
Keterbatasan tak menyurutkan semangat belajar Febi. Selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 7 Yogyakarta, ia aktif dalam berbagai organisasi, mulai dari OSIS, peleton inti, teater sekolah, hingga kegiatan sosial. Ia juga terlibat di Forum Anak Kabupaten Sleman.
Meski padat kegiatan, prestasi akademiknya tetap gemilang. Febi rutin masuk lima besar di kelas dan masuk tujuh besar siswa eligible di jurusannya. Dengan uang saku harian hanya Rp 5.000–Rp 7.000, ia belajar mengelola keuangan sejak dini.
"Biasanya saya diantar ibu naik motor ke sekolah, pulangnya naik TransJogja," tuturnya, Kamis (12/6/2025).
Cita-Cita Jadi Dosen atau Pegiat Kebijakan
Ketertarikan Febi pada isu sosial dan politik sudah tumbuh sejak lama. Karena itu, ia memilih Program Studi Politik dan Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Ia ingin berkontribusi melalui jalur kebijakan publik maupun dunia pendidikan.
“Saya ingin punya peran nyata di masyarakat. Lewat dunia akademik atau pemerintahan, saya ingin ikut mendorong perubahan,” ungkapnya dengan semangat.
Melihat putrinya berhasil masuk UGM dan mendapat beasiswa penuh, sang ibu tak kuasa menahan haru. Ia menyebut Febi sebagai anak yang sejak kecil selalu mandiri dan rajin belajar.
“Dari SD selalu juara. Saya bersyukur sekali dia bisa kuliah tanpa membebani siapa pun. Saya cuma bisa terus berdoa agar dia kuat menjalani semua tantangan,” ucap Siti dengan mata berkaca-kaca.
Perjalanan Febiyanti menembus UGM tanpa tes dan kuliah gratis berkat beasiswa menjadi bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk meraih mimpi. Dengan kerja keras, semangat, dan dukungan keluarga, siapa pun bisa menembus batas.
Kisah Febi kini menjadi inspirasi bagi banyak anak muda lainnya, bahwa pendidikan tinggi bisa digapai siapa saja, asalkan ada niat dan usaha yang tak pernah padam. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Lolos Masuk UGM Tanpa Tes, Anak Penjaga Warung Bisa Kuliah Gratis Berkat Beasiswa
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Ronny Wicaksono |